[Sin] 3D2N - Sayang, nyasar naik MRT #WhenInSingapore part 3

1:51 pm

Huh.
Need more time to write this part cause so many things I've to do in real-life. Anyway! Part ketiga ini, aku akan bahas secara detail tentang akomodasi selama di Singapore, mulai dari transport ke dan di sana, serta penginapan. Sebelumnya aku udah share sedikit, tapi banyak dari temen-temen yang nanya, "Muter-muter di sana naiknya apa? Model MRT Singapore gimana? Susah nggak mahami rutenya? Kalau nyasar gimana?" Baiklah! Mari ku bahas satu per satu.

Penginapan

Pada postingan sebelumnya, aku share kalau nginepnya di New Society Backpackers Hostel. Harga Rp150,000/malam setelah diskon ya. Normalnya Rp200,000. Diskon dari Traveloka karena pada rentang tanggal aku beli, ada promo untuk hotel internasional. Urusan nginep di Singapore nggak mahal kok menurutku dibandingkan Malaysia. Banyak hostel lain dengan harga di bawah 150k. Tapi aku milih hostel ini karena lebih bersih dibandingkan yang lainnya. Menurutku, ketika kalian travelling, penginapan itu cuman sebagai tempat singgah doang karena kalian lebih banyak menghabiskan waktu di luar buat jalan-jalan dari pagi sampai malam. Aku pun gitu, berangkat jalan-jalan jam 6 pagi dan balik ke hostel jam 12-1 pagi, mandi lalu tidur 😁 Kalau backpacker sih mending dan harus cari yang murah, beda lagi kalau emang mau staycation.

Aku sangat sangat merekomendasikan New Society Backpackers Hostel. Pertama, lokasinya strategis karena dekat dengan stasiun MRT dan halte. Kedua, sekitar hostel banyak sekali warung makan. Mulai dari makanan western sampai eastern. Ada beberapa foodcourt juga yang buka sampai jam 2-3 pagi. Ketiga, dekat convenience store kayak Seven Eleven. Keempat, tempatnya bersih banget! Kelima, fasilitasnya lengkap.

Exterior (Source: Trivago)
Teras hostel (Source: Cloudfront)
Kalau kalian sudah ada di Jalan Besar, nggak sulit nemuin hostel ini karena letaknya di pinggir jalan dengan papan nama lumayan besar. Di sekitarnya juga ada beberapa hostel dan toko kelontong.
Lobby (Source: Cloudfront)
Kalau udah booking online, tinggal tunjukkin aja e-ticketnya. Selama di sana sih yang jaga itu Ai gitu, entah pemiliknya atau cuman petugasnya. Ai baik banget dan Bahasa Inggrisnya juga jelas, jadi jangan khawatir kalau nggak paham. Kalian bakal diminta tunjukkin paspor saat check-in. Berbeda dengan Malaysia, nginep di Singapore nggak ada bayar pajak turis.

Setelah itu kalian bakal dikasih kunci dan dijelasin rules hostel. Peraturannya standar kok, cuman yang baru aku tau adalah lampu kamar akan mati otomatis pukul 11 p.m - 5 a.m. Belum pernah bandingkan dengan hostel-hostel lainnya. Kemungkinan biar penghuninya nyaman tidur kali ya dan nggak saling berisik kalau malem-malem. Kunci berguna buat loker dan masuk hostel/kamar, jadi ada sensornya gitu. Keluar hostel nggak perlu pake kunci karena cukup tekan tombol aja. Ai ada di sana mulai jam 8 a.m - 11 p.m. Kalau kalian check-out sebelum jam 8 pagi, tinggal taruh aja kuncinya di rak yang udah disediakan.


Aku ambil kamar 24 bed mixed dengan bunk-bed. Kalau liat dari gambar, kasurnya tipis banget eh pas tidur ternyata empuk sekali. Kamar mandinya juga cukup; ada sekitar 4-5. Meskipun nggak banyak untuk 24 orang tapi selama di sana nggak pernah antri. Fasilitas yang ada di kamar berupa kasur, bantal, selimut, loker, AC, WiFi, kipas angin.

Bedroom (Source: Booking.com)
Bedroom (Source: Hotels.com)
Bathroom  (Source: Booking.com)
Fasilitasnya ada WiFi, breakfast, dan dapur. Saran sih, kalian refill air minum di hostel aja. Kenapa? Air minum di Singapore mahal banget! Air botol 600ml paling murah S$2. Pernah beli Aqua 1,5 liter harganya S$4 lebih! Mau nangis rasanya. Emang salah sih waktu itu lupa bawa tumbler, jadi lumayan tekor cuman buat minum.

Karena ada dapur, kalian bisa bebas masak apapun asalkan dicuci bersih. Kalau bawa kue atau minuman dingin, ada kulkas juga. Dan kalau kalian nggak bawa stopkontak Type G, bisa beli juga di hostel ini seharga S$2.
Common space (Source: Traveloka)
Transportasi
Ke Singapore, aku berangkat dari Malaysia ya jadi nggak dari Indonesia. Transportnya pake bis namanya Star Mart Express dengan tarif RM45/orang. Tentunya bisa pake bus lainnya. Aku naik Star Mart Express karena pick up point paling deket sama penginapan di Malaysia, yaitu di Berjaya Times Square dan drop point di Golden Mile Complex/Tower.

Golden Mile Complex ke hostel jaraknya 15 menit jalan kaki. Maklum, nggak naik kendaraan umum karena belum beli simcard Singapore jadi nggak bisa pesen Grab. Mau naik MRT juga belum beli EZ-Link. Untungnya sudah download offline Google maps 😉


Aku beli kartu EZ-Link di 711, harganya S$10, ada saldo S$5. Rata-rata tarif naik MRT sebesar S$1. Pakenya juga gampang banget kok. Tinggal di tap ke entrance gate waktu masuk dan keluar stasiun. Tap saat masuk stasiun, layar di entrance gate bakal nunjukkin saldo kalian dan ketika keluar stasiun bakal nampilan tarif dan sisa saldo. Jadi bisa tau kapan harus isi saldo. Oh! Seingatku kalau saldonya udah nipis, layarnya berwarna merah, sedangkan kalau normal warnanya hijau (?)


Selama muter-muter Singapore, aku naik MRT. Nggak pernah naik Grab kecuali mau ke bandara. Setiap stasiun bakal ada maps yang nunjukkin semua jalur MRT beserta kode-kodenya seperti ini:

Singapore MRT Route  (Source: LTA Singapore)
Mapsnya jelas banget. Aku yang notabene nggak bisa baca maps, pas baca rute MRT. Warna jalur di atas itu disebut 'Operating Line', semacam arah MRT. Pas masuk stasiun, bakal ada beberapa jalur dengan rute yang berbeda-beda yang ditunjukkan sama masing-masing warna. Total ada 6 warna jalur, antara lain:
  1. Merah: North South Line
  2. Hijau: East West Line
  3. Ungu: North East Line
  4. Kuning: Circle Line
  5. Biru: Downtown Line
  6. Abu-abu: Bukit Panjang, Sengkang, Punggong LRT
Contoh:
Dari hostel, aku mau pergi ke Universal Studio, stasiun MRT di sana adalah Harbour Front. MRT terdekat dari hostel adalah Jalan Besar MRT sedangkan MRT ini nggak bisa directly ke Harbour Front. Pertama, aku menuju Jalan Besar Station lalu naik MRT dengan operating line Downtown Line (biru) arah Bukit Panjang dan berhenti di Chinatown. Kenapa kok turunnya di Chinatown? Perhatikan kode pada jalur Chinatown.
Chinatown MRT
Pada 'Station Code' ada dua warna kan? Biru (DT19) dan Ungu (NE4). Dua warna ini menunjukkan kalau MRT tersebut merupakan transit area. Gampangnya, kalau mau oper tuh ya di Chinatown. Terus, kenapa pilih Downtown Line arah Bukit Panjang bukan Expo?
Downtown Line
Setiap station code ada nomornya, termasuk jalur MRT di Downtown Line. Nomor stasiun pertamanya adalah Bukit Panjang (DT1) dan terakhir adalah Expo (DT35). Sedangkan, Jalan Besar MRT nomor DT22 dan Chinatown nomor DT19. Karena nomor Jalan Besar MRT lebih besar, jadi pilih yang arahnya lebih kecil atau putar balik lah #yha. Pas di stasiun pun, Downtown Line ada dua jalur yaitu Jalan Besar --> Expo dan Jalan Besar --> Bukit Panjang. Begitu gengs!
Kedua, setelah sampai Chinatown, aku berganti rute dengan operating line North East Line (ungu) untuk bisa menuju Harbour Station. Jadi, ketika sampai di Chinatown, nggak perlu keluar stasiun. Tinggal cari jalur North East Line aja. Carinya gimana? Gampang banget kok. Semua sudut stasiun ada penunjuk arah, jadi nggak perlu takut nyasar. Ingat! Kalau ragu, mending nanya aja ke petugasnya. Kalaupun nggak bisa baca rute di atas, coba pake Google Maps. Nah di Google Maps kan ada pilihan transportasi. Kalian tinggal pilih yang jalur MRT aja. Di situ juga jelas kok rutenya.

Ada juga simbol transportasi seperti simbol airport, LRT, cruise; dan Sentosa Express. Simbol ini memudahkan kalian, kalau destinasinya nggak bisa ditempuh dengan MRT sepenuhnya, alternatifnya bisa naik MRT dulu dan turun di stasiun yang ada LRT.

Contoh:
Menyambung kasus tadi. Universal Studio nggak bisa dijangkau MRT, kalau mau naik kendaraan umum, pilihannya adalah Sentosa Express--yang ditunjukkan simbol kapal pada rute Harbour Station.
Harbour Front
MRT mulai beroperasi dari jam 6 pagi sampe tengah malem.

Selama naik MRT sih nggak pernah sampe yang uyel-uyelan kayak di Jakarta ya. Kalau seumpama udah rame gitu, orang-orang juga nggak naik. Mereka lebih milih naik kereta selanjutnya. Selisih kedatangannya cuman 2-5 menit kok, jadi nggak nunggu sampe lama banget. Terus kagumnya di sana tuh orang-orangnya taat banget sama yang namanya jalur. Bener-bener belajar kalau naik kendaraan umum itu dahulukan yang keluar dan jangan lupa buat kasih jalan. Nggak kayak di sini 😒 Pokoknya kalau di Singapore, peraturan itu dibuat untuk ditaati, beda sama di Indonesia kalau peraturan tuh dibuat untuk dilanggar!

Oh tips juga!
Aku lebih saranin kalau destinasinya deket, jalan kaki aja nggak perlu naik MRT karena lebih enak gitu ngerasain hawanya sana dan bareng-bareng sama pejalan kaki, yang paling penting adalah hemat! 😆

Kalau saldo EZ-Link habis, bisa top up di stasiun, 711, kalau nggak salah ada mesin top up juga di stasiun. Nggak susah lah pokoknya.

Pilihan transportasi lainnya ada bus dan Grab. Kemarin nggak kepikiran buat naik bus karena semua destinasi bisa dijangkau pake MRT. Tapi, waktu istirahat di halte terus ngeliat orang-orang naik bus sih sistemnya sama kayak MRT, tinggal tap aja. Sama halnya MRT, bus Singapore ada operating line dan bus code masing-masing. Buat kalian yang berencana ke Singapore dan menjadikan bus sebagai transportasi, nih rutenya.
SMRT route (Source: Maps Singapore)
Buat yang nggak mau ribet beli kartu, top up, dan mau langsung turun di depan destinasi wisatanya, Grab bisa jadi pilihan transportasi. Tarifnya standar kok, nggak mahal cuman karena currency nya Dollar jadi keliatan lebih mahal. Uniknya, mobil Grab di sana bagus-bagus cuy! Wkwkwk minimal Civic dan drivernya juga beragam, mulai dari orang chinesse, korea juga ada.


That's all about acomodation and transportation in Singapore. Semoga membantu!

You Might Also Like

0 komentar