Instagram Twitter LinkedIn

Alohomora !

by Alvinia Yuliareza Gutomo

    • Home
    • Profile
    • Categories
    • Contact

    Pasti kalian nggak asing lagi sama yang namanya "bisnis database". Entah melihat dari temen-temen kalian atau denger cerita orang yang join bisnis ini. Pada dasarnya, kalian juga pasti sudah bisa menerka bisnis ini itu apa, ya kan? Apakah kata 'multi level marketing' yang pertama kali terpikir? Tenang. Kalau pun iya, kamu bukan satu-satunya orang yang punya pikiran seperti itu. Banyak orang, aku pun juga.

    Bisnis jaman now


    Jadi, apa sebenarnya bisnis database itu?
    Secara sederhananya, database yang dimaksud disini ialah kumpulan data kontak. Kontaknya siapa? Para produsen atau distributor yang menjual barang-barang. Dengan kata lain, database ini berisikan penjual barang langsung dari first hand. Loh bukan bisnis barang dong? Secara pengertian, iya. Namanya juga 'bisnis database', yang dijual ya database si data kontak penjual first hand itu. Setelahnya, terserah orang-orang yang gabung di bisnis ini. Mau menjual 'database' lagi atau menjual barang-barang yang bisa didapat dengan harga murah. Barangnya apa aja? Ya baju, celana, jam, sepatu, tas, kosmetik, dll. Barang-barang yang biasa kalian temui di online shop.

    Tapi gini, namanya berjualan barang itu kan susah-susah gampang ya. Kalian harus promosi barang, ngehitung keuntungan yang diambil, ngelayanin pembeli, packing barang, belum kalau ada yang komplain, dsb. Bukankah lebih praktis kalau yang kita jual itu adalah 'si database' ini? Ya kan? Ga perlu ribet bikin akun online shop, upload barang, dll. Get it? Nah! Itulah yang menjadi salah satu alasan menjamurnya bisnis ini sekarang.


    Gimana sih cara kerjanya database ini?

    Yang perlu aku tekankan adalah, aku gatau 'bentuk' database ini apa. Yang jelas, softfile (ya namanya juga database). Entah datanya dalam bentuk .pdf, .excel, .word, dkk ga ngerti. Yang aku tahu, datanya berisikan kontak berupa nomor handphone, WhatsApp, pin BBM, atau LINE. When you decided to join in this business dengan membayar Rp 300.000-400.000, yang perlu kalian lakukan adalah membalikan modal sebesar nominal tadi. Caranya gimana? Well, the point is all about testimonials. Ngeh nggak sih kalian kalau liat temen kalian selalu update isinya foto struk transferan dan screenshot chat isinya 'pecah telor'? Itu senjata dari bisnis database ini buat menarik orang lain biar gabung. Ya istilahnya bukti nyata gitu lah kalau gabung di bisnis database itu menjanjikan, keuntungannya banyak, tiap hari duit ngalir terus.

    Mari disimulasikan. Andaikan Ayu ini adalah orang yang udah gabung di bisnis database dan dia mau gimana caranya bisa balik modal. Ayu update seperti ini:

    Postingan Ayu di sosmed

    Kemudian, temennya Ayu namanya Ani ini tertarik buat gabung. Ani membayar 400k ke Ayu. Ayu akan memposting lagi kalau ada yang join di bisnis ini. Selanjutnya, Ani pengen balik modal juga. Dia melakukan hal yang sama kayak Ayu dengan cara mengiming-iming keuntungan yang didapat melalui media sosial. Apa yang dialami oleh Ayu akan dialami juga oleh Ani karena mereka melakukan cara yang sama. Bisa jadi, nggak hanya Ani yang akan tertarik, temennya Ayu yang lain juga bisa gabung. Lalu berapa orang yang akan tertarik dengan promosi yang dilakukan oleh Ayu? Bisa jadi banyak, lebih dari satu. Hanya perlu sekali bayar, uang yang didapat lebih dari modal yang kalian keluarkan.

    Testimoni: Senjata Bisnis Database

    Apa ada yang salah?
    Sejatinya, semua bisnis tidak ada yang salah. Bisnis database juga nggak ada salahnya toh dapet untung beneran kan? Tetapi, yang perlu digarisbawahi adalah bisnis tidak hanya membicarakan soal keuntungan. But what they do actually makes them and others stupid. Kenapa bisa gitu? Hal dasar yang perlu diingat adalah mereka bergabung untuk mendapatkan 'database' ini tapi nggak mereka gunakan, malah dijual lagi =)) Terus datanya buat apa? Dan katanya, data kontak yang mereka dapat tidak sepenuhnya bisa digunakan. Loh?! Banyak data kontak yang error/missing, alamat website yang not found.

    Coba bayangkan. Ketika kamu gabung bisnis ini, terus kamu promosi segala macam, anggaplah dua puluh temen kamu tertarik. Untung yang kamu dapatkan Rp 6.000.000-8.000.000. Banyak? Memang. Kemudian, dua puluh teman kamu melakukan hal yang sama, masing-masing orang bisa attract dua puluh orang juga. Berapa orang yang sudah gabung? Lebih kurang empat ratus orang. Semakin banyak orang yang sudah gabung, kepada siapa lagi yang harus kamu ajak? Saingan makin banyak. Siapa aja? Ya temen kamu sendiri lah kan temen kamu juga ikutan bisnis ini. Namanya pasar bisnis, semakin banyak pesaing dan barang yang dijualkan sama, akan ada siklus dimana harga jual turun. Yang semula kamu gabung dengan membayar 400k, bisa jadi ada orang yang desperate pengen balik modal, dia jual setengah harga. Kamu tersaingi? Oh jelas. Apa yang kamu lakukan? Nurunin harga lagi lah biar mereka lebih tertarik ke kamu daripada orang lain. Toh yang dijual sama ngapain cari harga yang lebih mahal?


    For your information.
    Temenku ada yang gabung, tiap hari selalu update kayak di atas. Pernah suatu ketika, aku ngeh kalau apa yang dia posting itu pembicaraannya pribadi sama pasangannya dan keluarganya sendiri. Postingannya ya isinya testimonial. Jadi, ga banyak yang bikin testimonial palsu supaya bikin orang lain mikir, "Eh kok banyak sih yang gabung", "Untungnya banyak nih", "Trusted deh ini", dan sebagainya. Apakah itu bukan dinamakan penipuan pembodohan publik?

    Konyolnya, bisnis database ini ada modulnya =))
    Nggak tau isinya apaan. Yang aku pahami cara kerja di bisnis ini ya cuma posting bukti transferan dan screenshot testimonial.

    Lantas worth it ga join bisnis ini?
    Serah lo. Kalau mau untung cepet dan jadi kaya dadakan, join aja. Apalagi kalau lo BU (butuh uang). Tetapi..... don't expect too much dengan segala kemungkinan di atas. Join ga join, hak masing-masing orang. Tapi apa iya ada yang mau jadi bego dan ngebegoin orang?


    Referensi lain dari temen gue tentang bisnis ini atau ini. Banyak informasi yang bisa kalian dapat di internet soal bisnis ini. Jadi, bisa dipertimbangkan kalau kalian tertarik.
    Continue Reading
     
    Valley of Fire, Everton, NV. Credit: Pinterest



    Apakah di setiap manusia berjalan akan selalu bertemu dengan persimpangan? Apakah jalan seseorang selalu bercabang? 

    Pada dasarnya, tidak ada jalan yang benar-benar lurus. Ada titik dimana jalan itu akan terpecah menjadi pertigaan, perempatan, perlimaan, dan per-per yang lain. Kecuali, ada di antara kalian berkunjung ke Valley of Fire di Overton. Kamu hanya perlu berjalan lurus. Eh, bukankah memang jalannya seperti itu? 

    Dan, bagaimana jika... begini.

    Persimpangan dan percabangan jalan sebenarnya hanya ilusi saja. Semisal, aku telah memilih untuk berjalan lurus, apakah aku masih tetap menganggap bahwa jalan itu mempunyai cabang? Bisa jadi, tidak. Berarti, ada alasan dalam diri kita yang menganggap bahwa persimpangan itu ada. Ya kan?

    Kenapa kita perlu repot untuk berhenti di persimpangan dan berpikir sejenak untuk mengambil jalan kembali? Ketika telah memutuskan untuk memulai berjalan, harusnya otak kita tidak perlu memikirkan ulang saat dihadapkan dengan percabangan. Setidak terencananya sebuah perjalanan, kita tidak lagi membutuhkan guide--yang harus digunakan sepanjang perjalanan. Toh di otak kita sudah terancap tujuan awal.

    Jadi, ketika di depan mata ada jalan yang bercabang kan tinggal lurus saja, apa susahnya?

     
    Ya susah.

     
    Tidak sedikit rencana yang berubah di tengah jalan. Ada orang yang kekeuh bahwa guide itu perlu. Katanya sebagai panduan. Kan perjalanan yang sudah terencana itu enak. Tapi ada pula yang tidak. Kalau sudah menetapkan tujuan, tapi di tengah jalan ada alternatif yang mempercepat, ya kenapa nggak diambil? Justru lebih enak. Makanya, bagi banyak orang planning itu perlu banget. 

    Tapi begini. Mau lewat jalan yang biasanya atau yang lebih cepat itu pilihan masing-masing, kan. Nggak jarang, jalan tercepat justru jalannya lebih ruwet? Aku dulu pernah mau ke terminal, sudah pakai maps nih. Eh, di tengah-tengah muncul jalan yang lebih cepat. Ambil nggak? Ya ambil lah. Lah ternyata jalannya itu masuk ke gang-gang kecil perumahan warga. Ribet toh? Tapi nggak ada jaminan juga jalan yang lebih umum itu lebih enak. Banyak kendalanya. Realitasnya macet, banyak yang tujuannya sama dengan kita; lampu merah berkali-kali, sabar, kalau diterobos malah melukai diri sendiri; atau ternyata jalannya lancar aman terkendali, ya alhamdulillah toh.

    Ya intinya nggak ada yang akan tahu apa yang bakal dihadapi di tengah jalan. Ya kalau permasalahan kayak tadi nggak jadi masalah, kan ujung-ujungnya bakal sampai di tempat tujuan. Tapi kalau dihadapkan dengan percabangan jalan yang kita nggak tahu harus ambil yang mana, kan bingung. Makanya itu ada yang dinamakan dengan unexpected journey.

    Kalau mau ambil percabangan jalan lain juga nggak masalah. Siapa tahu di sana menyediakan tempat singgah yang lebih menarik. Tapi nggak ada bisa menjanjikan juga. Kalau mau ambil, ya silahkan. Kan resiko ditanggung penumpang. Biasanya akan ada jalan putar balik, tapi ya nggak semua jalan ada. Nah terus gimana?

    Ya udah, ikuti aja jalannya.

    Setiap jalan akan mempunyai ujung.

    Kayak tadi, ada dimana jalan yang berbeda bakal ketemu di titik akhirnya. Kalau ragu ambil jalan lain, ya pikir-pikir dulu lah. Tapi kalau sudah mantab, di gas aja.

    Ada quotes dari Bapak Mandela, "May your choices is reflect your hopes not your fears," katanya.

    Jadi, tentukan sendiri. Setiap orang punya jalannya masing-masing.
    Continue Reading
    Credit: Pinterest








    kopi /ko·pi/ minuman hasil seduhan biji kopi yang telah disangrai dan dihaluskan menjadi bubuk
    (Wikipedia, 2017)










    Kamu dan kopi itu sama. Bikin candu.

    Kopi hitam paling nikmat selagi panas, kan? Aroma yang kuat, pekat bercampur dengan rasa pahit. Bila dinikmati perlahan akan tersesap rasa manis.

    Sama kayak kamu.

    Kamu enak dinikmati saat panas. Aroma kamu khas menusuk hidung, rasa kamu memabukan sejak kecapan pertama. Kayak kopi hitam. Bikin ketagihan. Aku suka ketika kamu menjelma menjadi kopi dan ketika kopi menjelma sebagai kamu.

    Tapi, tidak selamanya kopi itu hangat. Kalau didiamkan, berubah jadi dingin. Tidak lagi menebarkan aroma memabukan. Aromanya mengendap dan manis pun hilang. Hanya tersisa pahit.

    Bagaimana jika ditambah es? Jadi es kopi.

    Es kopi mampu mendinginkan isi kepala, bisa menguraikan kebekuan.

    Lalu, benarkah cinta itu seperti rasa kopi yang pahit, manis, dan asam namun yang paling terasa adalah pahitnya?

    Terkadang kamu lupa, kopi seperti apa yang aku suka. Kopi mana yang takarannya cukup untuk membuatku bahagia. Aku memang suka kopi. Aku suka kopi, dan pahit sebagai canda di sela-selanya, serta samar-samar manis sebagai akhirnya. Tapi bukan pahit pada seluruh cangkirnya.

    It's just like when you've got some coffee that's too black, which means it's too strong. What do you do? You integrate it with cream, you make it weak. But if you pour too much cream in it, you won't even know you ever had coffee. It used to be hot, it becomes cool. It used to be strong, it becomes weak. It used to wake you up, now it puts you to sleep - Malcom X
    Continue Reading
    "Pada akhirnya semua telah berlalu
    Bagaimanapun kita telah melewati ini semua
    Biarlah ini menjadi kisah di pojok kenangan yang suatu hari nanti akan kita lupakan atau bahkan akan menjadi sebatas kenangan
    Yang terjadi telah terjadi
    Tidak ada yang bisa disalahkan kalau nyatanya dulu kita pernah sepakat untuk saling menyatukan
    Bagaimanapun, di masa lalu aku pernah kau sebut sayang dan begitupun juga kamu pernah menyemangatiku untuk berjuang meraih mimpiku
    Namun sudahlah, aku dan kau telah usai."
    -Boy Candra-

    Menurutku, ada saatnya kita perlu memberi waktu untuk bertanya pada diri sendiri. Bukan berarti harus 'menyediakan', ketika kita tersadar dengan sendiri, misalnya. Aku pernah membaca satu kalimat, bunyinya 'Time flies and nothing changes'. Muncul pertanyaan, benarkah tidak ada yang berubah? Yang aku tahu, waktu selalu memberi ruang untuk menunjukkan akan apa yang sedang atau telah terjadi. Segala sesuatu yang terjadi patutnya digolongkan dalam perubahan.

    Aku pernah bercerita sesuatu pada seorang teman. Sesuatu ini tentang hal yang aku rasakan dan baru saja aku sadari. Ketika orang yang telah ada untuk mengisi hari-hari, tiba saatnya memilih pergi. Cerita yang awalnya indah, akhirnya menjadi kisah yang membuat sedih. Memang benar, cerita-cerita itu akan menjadi kenangan—kesan atau sesuatu yang membekas dalam ingatan. 

    Kemudian, begini temanku menanggapinya:

    Yang bisa dipelajari, kenangan bukan untuk dilupakan,
    kenangan bakal selalu ada di sudut memori kita.
    Kenangan masa lalu baiknya ditumpuk dengan kenangan baru.


    Kita boleh jadi membenci atas kehidupan ini, boleh kecewa, boleh marah. Tapi ingatlah nasihat lama, tidak pernah ada pelaut yang merusak kapalnya sendiri. Akan dia rawat kapalnya hingga dia bisa tiba di pelabuhan terakhir. Maka jangan rusak kapal kehidupan milikmu hingga dia tiba di dermaga terakhirnya (Tere Liye – Rindu: 284).

    Aku merasa telah berhasil melakukannya, ternyata belum. Aku masih berada pada tataran proses melupakan. Belum sepenuhnya. Katanya, itu hal yang wajar. Benarkah?
    Continue Reading


    Rindu.

    Dua suku kata yang membelenggu.

    --

    Aku merindukannya.

    Apa aku terlihat seperti orang yang malu untuk mengakuinya? Atau malah aku terlihat seperti gadis kecil yang merengek minta dibelikan balon dan harum manis?

    Tak cukup nyali aku untuk mengatakannya karena yang merasakan rindu adalah hatiku.
    Sedangkan aku bukan hanya persoalan tentang hatiku. Ada banyak hal lain yang ada dalam diriku.

    --

    Kemarilah. Aku bisikan sesuatu.

    Rindu ini sudah sampai pada tahap dimana tidak bisa lagi untuk dibendung. Dan aku mencintaimu dibalik jendela hitam bertuliskan rindu.

    --

    Dimana aku harus menumpahkannya? Aku yakin tak ada ruang yang muat untuk menampungnya. Aku pastikan itu.

    Jika rindu sendiri adalah sebuah rumah, sebagai penghuni setianya, maka aku tidak akan pernah mau beranjak pergi.

    Jika malam mampu berbicara, aku yakin ia bosan dan sudah mencekik tubuhku dengan udara dinginnya.

    --

    Rindu.

    Jadi, dimana itu?

    Apakah yang sedang dibicarakan lewat secangkir kopi? Atau keresahan yang coba disembunyikan dengan puntung rokok?

    Apa jangan-jangan...

    Rindu itu...






    Pelukan hangat yang kau berikan padaku semalam?

    --

    Rindu.

    Dapatkah kita saling bertemu?
    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    Follow Me

    Follow @alviniagutomo

    Labels

    Event Holiyay! Ilmu Komunikasi Random thoughts

    Blog Archive

    • ►  2021 (1)
      • ►  January (1)
    • ►  2020 (1)
      • ►  January (1)
    • ►  2019 (5)
      • ►  October (1)
      • ►  September (1)
      • ►  August (1)
      • ►  February (1)
      • ►  January (1)
    • ►  2018 (7)
      • ►  November (2)
      • ►  October (2)
      • ►  September (2)
      • ►  January (1)
    • ▼  2017 (5)
      • ▼  November (1)
        • Bisnis Database: Bikin kaya apa bikin bego?
      • ►  September (1)
        • With a deadlock
      • ►  April (2)
        • Coffea
        • Sekardus kenangan
      • ►  February (1)
        • Rindu, tanda tanya.
    • ►  2016 (8)
      • ►  December (1)
      • ►  October (1)
      • ►  August (1)
      • ►  July (1)
      • ►  June (2)
      • ►  May (1)
      • ►  January (1)
    • ►  2015 (5)
      • ►  December (3)
      • ►  March (2)
    • ►  2014 (1)
      • ►  August (1)
    • ►  2013 (2)
      • ►  March (1)
      • ►  January (1)
    • ►  2012 (1)
      • ►  December (1)

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top