Oke! Makasih buat kalian-kalian yang udah baca blog ini :)
Kali ini aku bakal kasih info lagi mengenai jurusan studi. Banyak banget siswa/siswi di luar sana yang masih bingung, "Jurusan yang bagus apa sih?", "Jurusan yang gampang dapet kerja apa ya?" atau mungkin ada juga, "Aku nggak mau ah ambil jurusan ini, mau jadi apa aku nanti?", "Aku pengen sih ngelanjutin ke sastra, tapi orang tua ku pengennya ke teknik".
Nah! Disini aku mau kasih pengertian aja, biar kita tau jurusan apa yang cocok buat kita, biar kita juga semakin mantab mengejar cinta impian kita :)
Simak yaaaaa..
PARADIGMA PEMILIHAN JURUSAN, GAJI GAJI DAN GAJI!
Sebagai
mahluk yang tidak pernah puas dan terus berkembang, wajar aja nih ya jika kita selalu mendapatkan penghidupan dan kehidupan yang
lebih baik dari waktu ke waktu. Mau bukti? Coba kita inget-inget
kembali. Ketika kita dulu belum punya sepeda, dan hanya jalan kaki ke
sekolah, maka kita menginginkan sepeda dengan sangat. Setelah sepeda
kita miliki? Berakhirkah ini? Belum! Kita ingin memiliki motor agar
perjalanan kita lebih nyaman. Dan ketika kita telah memiliki motor, maka
kita pun ingin memiliki mobil pribadi. Manusia adalah mahluk yang
tidak pernah puas, dan selalu menginginkan perbaikan di dalam hidupnya.
Begitu pula
dengan perihal pemilihan jurusan di dalam dunia pendidikan formal.
Pemilihan ini akan selalu dikaitkan dengan potensial kualitas kehidupan
di masa depan dari jurusan yang akan dipilih. Dan parameter apa yang
paling bisa diukur di dalam kehidupan? Yah, pendapatan. Gaji, gaji dan
gaji! Semuanya dikaitkan dengan potensial lapangan pekerjaan, dan gaji
yang bisa diterima oleh lulusan jurusan tersebut. So banyak banget ketika kita memutuskan untuk mengambil jurusan tersebut, ada orang yang bilang, "Ha??? Serius kamu mau ngambil jurusan itu??? Mau jadi apa ke depannya??? Mau makan apa kamu???"
PEMILIHAN JURUSAN DAN KE-GENGSIAN!
Selain
masalah gaji, ada lagi alasan lainnya yang biasanya menjadi alasan
pemilihan jurusan: Gengsi! Adalah sebuah hal bodoh yang mengakar di
Indonesia bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang gemar pamer. Nggak percaya? Lihat saja betapa masyarakat Indonesia senang memamerkan
apapun, mulai dari gelar perkuliahan (ST, dr, MM, MBA, dll), sampai ke
gelar keagamaan yang menurut saya seharusnya tidak dipamerkan (Haji).
Sehingga tidaklah mengherankan bahwa gengsi ini menjadi salah satu
kriteria pemilihan jurusan, dan komentar-komentar bodoh yang memojokkan
jurusan seperti di bawah ini umum ditemukan:
Gengsi donk gua masuk kelas IPS!
Masa gua masuk jurusan sastra jawa? Yang bener aja?
Mau jadi apa? Jadi insinyur lah! Keren gitu!
Gengsi,
sebuah kebodohan yang menurut saya mengakar dengan sangat kuat di
kehidupan masyarakat Indonesia. Gengsi ini begitu mengakarnya, sehingga
terkadang passing grade suatu jurusan pun sering
menjadi dinding yang secara tak langsung memisahkan kehidupan sosial
antar mahasiswa. Terkadang seseorang akan dianggap hebat, dan dipandang
sebagai golongan elit apabila dia sanggup masuk ke jurusan yang standar passing grade-nya
tinggi. Sehingga adalah hal yang bisa dimaklumi jika para remaja yang
memang sedang berada di fase pencarian identitas, dan pengakuan, akan
tergiur untuk masuk ke dalam golongan “elit” ini.
PASSION IS THE KEY
Nggak sedikit orang yang memilih jurusan berdasarkan potensial gaji dan gengsi
yang berhasil mencapai target dan angan-angan kehidupan yang dulu
mereka inginkan. Banyak yang puas dengan hal pencapaian-pencapaian yang
telah mereka capai. Akan tetapi tidak sedikit dari mereka yang merasa
tidak puas dan mempertanyakan mengapa meraka bisa menjadi budak uang,
dan gengsi. Banyak pula yang pada akhirnya mempertanyakan hal yang kecil
tapi cukup menyiksa batin:
Apa yang terjadi jika dahulu saya tidak mengambil jurusan ini, dan mengambil jurusan lainnya seperti minat saya?
Pertanyaan
ini akan semakin menguat dari waktu ke waktu, dan menyiksa batin mereka.
Mungkin pertanyaan ini akan menghilang sesaat, seiring dengan
pembenaran-pembenaran yang kita berikan untuk diri kita sendiri. Akan
tetapi pertanyaan tersebut akan timbul lagi, perlahan tapi pasti,
menyiksa batin manusia yang memang bersifat rapuh. Mungkin ini terdengar
aneh dan mengawang-awang, akan tetapi solusi dari siksaan batin ini
hanya 1:
Kejarlah apa yang menjadi passion/minat Anda!
Setiap
manusia pasti memiliki passion di suatu bidang yang mereka anggap
sebagai sesuatu yang merepresentasikan dirinya. Ada orang yang suka
menulis, ada yang suka berhitung dan membuat sesuatu, ada pula yang suka
menolong orang lain, semua itu sah-sah saja, sepanjang hal itu tidak
merugikan orang lain dan menentang hukum yang berlaku, adalah hak setiap
manusia untuk melakukan apa yang dia inginkan
KAPAN KITA TAHU BAHWA SESUATU ADALAH PASSION KITA?
Pertanyaan
menarik berikutnya adalah, kapan kita tahu bahwa sesuatu itu adalah
passion kita? Menurut saya jawabannya cukup simpel:
Sesuatu adalah passion kita, jika ketika kita mengerjakan hal tersebut, maka waktu akan berlalu dengan cepat. Badan dan pikiran kita pun akan rileks dan enjoy mengerjakannya, entah itu 5 menit, sejam, 5 jam, ataupun seharian, tidak akan ada bedanya. Pada kenyataannya, terkadang kita sama sekali tidak merasa perlu untuk beristirahat, bahkan ketika mengerjakan sesuatu yang pada umumnya orang anggap sebagai sesuatu yang teramat melelahkan.
Terdengar
seperti kisah dongeng kah? Ya, memang saya akui ini terdengar
berlebihan, tapi inilah kenyataannya. Ketika kita melakukan sesuatu yang
kita senangi, maka semua waktu akan berjalan tanpa terasa. Pernahkah
kita merasakan seakan-akan kita terbenam ke dalam suatu hal sampai lupa
waktu? Seperti itulah kira-kira rasanya menjalankan passion kita. Dan
passion inilah sebuah hal yang memungkinkan kita untuk membuat sebuah masterpiece di dalam hidup kita.
PINTAR SAJA TIDAK CUKUP!
Pintar saja
tidak akan cukup untuk menghadapi kerasnya hidup ini! Memang tidak semua
orang yang mengikuti passionnya berhasil di dalam kehidupan, banyak
juga yang hancur dihajar kerasnya hidup. Tapi satu hal yang pasti:
Sebagian besar orang yang sukses di level dunia adalah orang yang mengikuti, dan mengejar passionnya.
Mengapa?
Karena mereka akan memiliki cukup “bahan bakar” untuk mengejar target 10.000 jam di dalam bidang yang mereka tekuni.
Ada apa dengan angka 10.000 jam ini?
Angka 10.000
jam ini adalah sebuah angka yang menurut riset dari Malcolm Gladwell
(penulis buku Outliers) merupakan jumlah rata-rata jam kerja yang harus
dicapai oleh seseorang untuk dapat menjadi master di sebuah bidang.
Dengan asumsi bahwa kita bekerja 9 jam perhari, dan 250 hari dalam
setahun, maka kita akan membutuhkan waktu sekitar 4.44 tahun untuk
mencapai tahap master di bidang yang kita pilih. Tentu saja kita bisa
mengerjakan ini semua, dan menjadi master di suatu bidang, meskipun itu
dilakukan tanpa passion. Akan tetapi perjalanan akan berasa jauh lebih
ringan jika kita mengejar sesuatu yang kita sukai.
Tidak percaya?
Coba saja
tinjau sampel kita yang pertama: Prof Dr. Bacharuddin Jusuf Habibie.
Beliau adalah seorang insinyur lulusan RWTH Aachen, salah satu
universitas teknik ternama yang berada di negara Jerman. Beliau
merupakan salah seorang yang sudah dikenal di dalam dunia teknik, dan
pernah pula menjadi presiden di NKRI. Sangkin terkenalnya kepintaran
bapak Habibie ini, sampai-sampai muncul istilah “otaknya encer kayak
habibie”. Akan tetapi benarkah ini semua murni karna kepintarannya?
Tidak! Ini semua juga buah dari puluhan ribu jam kerja keras yang beliau
jalankan. Di dalam bukunya yang berjudul “Habibie dan Ainun”
diceritakan bagaimana beliau sering larut di dalam pekerjaannya, hingga
lupa makan dan istirahat. Sangkin seringnya lupa istirahat, dan makan, sampai-sampai almarhum ibu Ainun sering melemparkan perlengkapan tidur
Pak Habibie, dan menguncinya di dalam kamar tempatnya bekerja.
Apa yang sebenarnya membuat beliau tahan bekerja seperti ini? Jelas satu,
Passion terhadap apa yang beliau kerjakan.
PASSION, UANG, DAN KESUKSESAN
Lalu dimana
letak uang dan kesuksesan jika kita mengejar sesuatu yang bernama
passion ini? Bukankah kita butuh uang untuk hidup? Dan sebagai manusia,
kita juga memiliki kebutuhan psikologis untuk dihargai? Mungkin ini akan
terdengar omong kosong, tapi percayalah bahwa:
Jika kita mengejar passion kita, maka uang dan kesuksesan akan datang kepada kita dengan sendirinya.
Ya! Uang dan
kesuksesan akan datang dengan sendirinya. Ketika kita ahli di dalam
suatu hal, maka akan ada orang yang membutuhkan kita. Meskipun itu yang
kita kejar merupakan sesuatu yang tidak mainstream di negara
kita ini. Pernah saya menonton sebuah liputan di televisi, bahwa ada
salah seorang lulusan SD yang gemar menari tradisional, berhasil
merantau dan menjadi pengajar tari tradisional di Amerika Serikat. Sang penari ini diajak untuk mengajarkan seni tari
tradisional di Amerika oleh salah seorang turis warga negara Amerika
yang sedang menonton pertunjukannya. Dan menariknya adalah, si penari
ini tidak bisa bahasa inggris sama sekali pada awalnya! Semua hanya
bermodal kecintaan terhadap bidang yang dia lakukan, tari tradisional
Indonesia.
Jadi tidak usah khawatir,
Orang yang mengejar passion akan selalu memiliki tempat di dunia ini. Mungkin tidak di negeri Indonesia tercinta ini, akan tetapi akan selalu ada tempat untuk mereka, walaupun itu di belahan dunia lainnya.
TERBANGUN DARI DUNIA MIMPI, PASSION vs REALITA KEHIDUPAN
Sebelumnya
sudah diceritakan yang indah-indah mengejar passion dan pemilihan
jurusan. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa keinginan tidak selalu
sesuai dengan kenyataan. Sering kita mendapati bahwa mimpi kita
terhalang berbagai macam hal, termasuk di antaranya adalah permasalahan
finansial, keluarga, dan masalah akademik kita yang tidak memadai. Tanpa
berusaha untuk mengecilkan masalah yang dialami, berikut saya coba
untuk memberikan pandangan dari solusi yang mungkin untuk
masalah-masalah yang mungkin ada. Tentunya yang saya tulis ini akan
terlihat lebih mudah dari kenyataanya, karena memang pada dasarnya
berbicara itu lebih mudah daripada mengerjakan sesuatu, dan karena
memang hanya pemilik masalahnya sendiri lah yang bisa menyelesaikan
semuanya.
1. Masalah Finansial 1 – Biaya Kuliah Tidak Mencukupi
Jika masalah
yang dialami adalah masalah biaya kuliah, janganlah menyerah untuk
mengejar jurusan yang menjadi passion anda. Pergunakanlah internet dan
jaringan yang anda miliki dengan baik, dan carilah informasi tentang
beasiswa-beasiswa yang memungkinkan anda untuk melakukan studi di
jurusan yang anda inginkan.
Permasalahan finansial bukanlah sebuah halangan yang tidak bisa ditaklukkan di dalam mengejar mimpi kita.
2. Masalah Finansial 2 – Tulang Punggung Keluarga
Masalah akan
menjadi lebih rumit jika ternyata kita harus menjadi tulang punggung
keluarga. Saran saya untuk hal ini, dahulukan prioritas yang lebih
tinggi. Bagaimanapun juga,
Keluarga harus didahulukan melebihi yang lainnya.
Akan tetapi,
Jangan dulu menyerah terhadap mimpi anda.
Tetap pupuk
mimpi anda, dan bergeraklah perlahan untuk menggapainya. Memang akan teramat berat, tapi
semua akan berbuah manis pada waktunya.
3. Masalah Akademik – Nilai Tidak Mencukupi
Ini adalah
masalah klasik yang biasa dihadapi dalam pemilihan jurusan, nilai yang
tidak mencukupi. Entah itu nilai SNMPTN ataupun nilai rapor yang akan digunakan untuk penjurusan
IPA/IPS. Jika ini adalah masalah yang terjadi, maka
Amat sangat di”haram”kan untuk menyerah!
Ambillah
jalan berputar! Pindahlah ke tempat yang memungkinkan anda untuk masuk
ke jurusan yang anda inginkan, atau tunggulah sampai kesempatan
berikutnya datang. Saya pribadi berpendapat bahwa lebih baik saya
mengulang dan menunggu 1-2 tahun demi hal yang saya senangi, daripada
saya harus menjalani suatu hal yang saya tidak suka.
Sekali lagi,
tolong lupakan itu yang namanya mantan gengsi, dan terima kekalahan anda
seperti orang dewasa. Tetaplah yakin, bahwa di umur 40an (atau mungkin
lebih cepat dari itu), anda akan memetik buah dari apa kesabaran anda
sekarang. Keep your hope up high, and be patient, really really patient.
4. Masalah Keluarga – Keluarga (Orang Tua) Tidak Mendukung
Satu lagi
masalah klasik di dalam pemilihan jurusan (dan juga yang lainnya),
keluarga yang tidak mendukung. Jika ini terjadi kepada anda, tetaplah
yakini 1 hal, bahwa:
Keluarga anda, terutama bapak dan ibu anda menginginkan yang terbaik untuk anda.
Yang menjadi masalah di sini adalah, kadang semua berjalan tidak sesuai dengan keinginan anda. Dan sepengamatan saya,
Jarang sekali ada orang tua yang benar-benar diktator, dan tidak peduli terhadap apa yang anaknya pikirkan.
Sebagian besar dari mereka hanyalah manusia biasa yang ingin anaknya hidup bahagia, melebihi kebahagiaan yang mereka dapatkan.
KESIMPULAN
So, apa
kesimpulan yang bisa kita ambil dari sini? Pilihlah jurusan yang sesuai
dengan minat kita. Lupakan saja itu kedua variabel yang bernama gaji dan
gengsi, terlebih jika kita tidak memiliki permasalahan di dalam bidang
finansial (yang mengharuskan kita untuk menjadi tulang punggung
keluarga). Jadilah orang dewasa, dan pantang menyerahlah di dalam
mengejar hal yang menjadi passion kita. Mungkin semuanya tidak akan
terbayar dalam waktu yang singkat, akan tetapi yakinlah akan datang
suatu hari di mana kita akan memandang ke belakang dengan senyuman, dan
berkata:
Untung dulu saya mengejar apa yang menjadi passion saya.
.